Wednesday 12 March 2008

Diajari suami


Kadang, setelah makan malam, suami mengajariku bahasa arab dan tafsir Al-Quran. Kalo yang bahasa arabnya aku ngeh, tapi kalo tafsirnya ... aduh mama ... susah banget. Susahnya karena musti ngarti-in satu-satu kata dengan bahasa jawa, jawa kromo lagi.

Memang aku orang jawa, tapi kan dari surabaya, jadi kebanyakan bahasanya yah jawa-jawa agak kasar gitu (ngoko lugu). Alhasil, aku cuma bertahan seminggu lebih 3 hari kalo gak salah, setelah itu aku ngambek nggak mau belajar lagi. Alhamdulillah dia juga gak maksa. hehehe .....

Sekarang setelah 2 minggu libur, dia nanya:" kapan ngaji lagi ? " (itu karena dari kemarin aku nyinggung soal kitab-kitab yang ada di lemari bukunya)

dan jawabanku : mmmmmmm ..... hehehehe. Kapan ya ? Tauk ah gelap ! (tapi aku janji minggu depan. kalik.)

Sunday 9 March 2008

Belajar membaca Al-Qur'an


Setiap pagi jam 10, ibu-ibu tetanggaku belajar mengaji di rumahku. Dulunya aku yang menawarkan karena bacaan mereka kurang sempurna. Alhamdulillah mendapat respon yang baik. Awalnya memang banyak yang datang, tapi sekarang tinggal 4-5 orang. Yah, gak papalah yang penting mereka mau meluangkan waktu untuk belajar dan tetap istiqomah... karena memang godaan kan selalu datang. Godaan terbesar yaitu rasa MALAS. Selain itu yah, anak rewel, suami gak kerja jadi harus ditemenin, atau belum masak dll. pokoknya kompleks deh. Aku pun menyadari hal ini jadi gak terlalu memaksa mereka. Itulah mengapa belajar membaca Al-Qur'an ini (mengaji) aku tetapkan tiap hari kecuali sabtu dan minggu, agar lebih flexibel buat mereka. Kalo luang ya datang kalo sibuk yang nggak !

Sore hari jam 4.30 gantian anak-anak yang mengaji. Meski baru 4 anak yang mengaji, tapi itu sangat menggembirakan aku. Begitu juga suamiku, karena dari dulu dia berharap rumahnya akan menjadi tempat mengaji anak-anak.

Aku sangat bersyukur, di tempat yang baru ini aku lebih bisa banyak beramal untuk orang lain. Aku jadi merasa gak kesepian dan mulai merasa kalo ini rumahku, meski kadang aku kangen banget sama Surabaya, kota kelahiranku.

Thursday 6 March 2008

cemburu

Ada salah seorang dari teman blog yang mengatakan bahwa kesanku pada suami sangat dalam. Kupikir memang sudah seharusnya begitu, aku mulai belajar untuk mencintainya saat dia mengucapkan kalimat ijab qobul. Sejak itu aku mulai belajar mengenalnya lebih dalam. Memahami karakternya, apa yang dia suka, apa yang dia benci dan sebagainya. Setidaknya ini bisa menambah daftar menu "rasaku" kepadanya.

Tapi apakah perjalanan hidup baruku semulus jalan tol ? suka terus tanpa duka. Ah, itu hanya ada dalam dongeng. Hidup berdua dengan orang yang tak dikenal sebelumnya dengan perbedaan karakter yang begitu lengkap, kayaknya gak mungkin kalo gak ada "sponsor" untuk menguji kekuatan cinta. Ceilaaa ....

Dan berawal dari aku !

Yah, suatu kali aku pernah: "Cemburu". Sebelum nikah dengan ku, pangeranku itu punya calon untuk dinikahi, tapi tidak jadi karena suatu hal, lalu dia ketemu denganku. Nah, calon ini beberapa kali mengontaknya. Aku tahu mungkin suatu hal yang berat baginya untuk menerima bahwa dia tidak jadi menikah dengan pangeranku. Untuk itu aku berlapang dada jika dia tetap menghubungi pangeranku dengan alasan telah menganggapnya sebagai kakak.

Tapi, yah wanita tetap wanita. Setabah apapun diriku aku tetap wanita biasa yang bisa saja dibakar cemburu. Dan betul, akhirnya pada suatu kali "dia" telpon, aku betul-betul tidak bisa menahan emosi.

Tapi aku bukanlah tipe wanita yang suka mengumbar emosi secara bebas, dengan marah-marah misalnya. AKu cuma bisa diem dan akhirnya.... nangis deh, tapi nangisku ini aku tahan-tahan biar gak kedengeran. Tapi tetap ajah suamiku tahu. Soalnya aku gak mau liat dia pas lagi tidur (membelakangi). Sebenarnya aku maunya tidur sendiri di kamar sebelah, tapi lagi-lagi aku ingat hadist yang bunyinya " Jika seorang suami tidur tanpa ditemani istrinya, maka temannya tidur adalah syetan." Ih, ngeri kan ? Aku gak maulah suamiku ditemani syetan. Meski semarah-marahnya aku. Jadi yah, tetap aja tidur bersama.

Tak lama kemudian, tiba-tiba dia minta maaf sama aku (mungkin dia dah ngerasa kali ya ... )dan bilang bahwa yang ada dihatinya cuma ada aku seorang. Cieeeee ........ tapi SUER, itu bener-bener buat aku legaaa banget. Jadinya nangisnya gak tambah berhenti eh malah kenceng. Soalnya dah plong. Loh kok !!! (cengeng sih!)

Sejak saat itu, aku belajar untuk menaruh kepercayaan padanya, dan berusaha untuk tidak terlalu cemburuan lagi. Karena yang terpenting dalam suatu hubungan itu adalah rasa percaya. Iya kan.... ya disamping cinta dan lainnya. hehehehe ....